Rabu, 02 Maret 2016

HIDUP MANUSIA SEPERTI UAP

HIDUP MANUSIA SEPERTI UAP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2016

Baca: Lukas 12:13-21

"Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" Lukas 12:20

Manusia adalah makhluk yang terbatas kekuatan dan kemampuannya. Bukti nyata keterbatasan manusia adalah memprediksi apa yang akan terjadi. Jangankan minggu, bulan atau tahun, dalam hitungan detik, menit dan jam saja manusia tidak tahu apa yang akan terjadi didepannya. "...sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14). Selain tidak tahu apa yang akan terjadi, manusia juga tidak tahu kapan hari kematian akan menjemput. Hidup manusia di dunia ini hanyalah seperti uap, yang sebentar ada dan berlalunya teramat cepat.

Banyak orang berpikir bahwa kematian adalah akhir segalanya. Salah besar! Setelah kematian, manusia masih akan dihadapkan pada kekekalan, baik itu kebinasaan kekal atau kehidupan kekal. Ketika seseorang hidup sembrono dan hanya disibukkan dengan segala urusan duniawi tanpa mempedulikan perkara-perkara rohani, itu adalah tanda bahwa ia menganggap remeh kekekalan setelah kematian. Padahal semua yang ada di dunia ini hanyalah sementara. Keberhasilan dan kejayaan hidup semasa di dunia tidak menjamin seseorang akan berhasil dan berjaya dalam kekekalan. Apalah gunanya berlimpah harta di dunia bila kita tidak kaya (miskin) di hadapan Tuhan. Inilah yang terjadi pada diri orang kaya yang bodoh, yang lupa bahwa kematian sewaktu-waktu dapat menjemputnya. "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkhotbah 9:12).

Jika kita menyadari bahwa hidup ini singkat kita pasti berusaha untuk hidup berkenan kepada Tuhan. Setiap hari yang kita lakukan dan perbuat adalah bagaimana kita melakukan hal-hal yang baik. "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." (Yakobus 4:17).

Bila kita menjalani hidup dengan hati yang takut akan Tuhan kita tidak akan takut akan hari esok, bahkan kematian pun menjadi suatu keuntungan di dalam Kristus!

MARI MENGHITUNG HARI!

MARI MENGHITUNG HARI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2016

Baca: Mazmur 90:1-17

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Mazmur 90:12

Para penggemar musik pop Indonesia pasti tidak asing dengan lagu berjudul 'Menghitung Hari' yang dilantunkan dengan sangat apik oleh salah seorang diva pop Indonesia, Kris Dayanti. Lagu karya Melly Goeslaw ini begitu populer di tahun 1999 yang melambungkan nama "KD" ke puncak popularitas.

Jika menyadari masa hidup manusia di dunia ini sangat singkat dan berlalunya begitu cepat, pemazmur menasihati agar kita menghitung hari-hari yang ada sedemikian rupa. "Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh. Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (ayat 9-10). Menghitung hari berarti menghargai setiap hari yang Tuhan beri, sebab di dalam setiap hari selalu ada rencana Tuhan, ada pelajaran berharga yang mendatangkan kebaikan bagi kita. Selain itu ada berkat yang Tuhan sediakan bagi kita. "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Jangan sampai kita kehilangan berkat Tuhan yang selalu baru setiap hari. Karena itu sebelum memulai segala sesuatu di pagi hari utamakanlah Tuhan dan kerajaan-Nya terlebih dahulu, seperti yang biasa Daud lakukan. "TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu,.." (Mazmur 5:4).

Menghitung hari berarti senantiasa memperbaharui komitmen kita untuk memilih berjalan bersama Tuhan dan mengikuti kemana pun Ia menuntun langkah kita. Menghitung hari berarti juga kita tidak akan membiarkan waktu yang ada berlalu dengan percuma, atau mengisinya untuk hal-hal yang sia-sia, melainkan kita pergunakan waktu yang ada untuk segala sesuatu yang bermanfaat kepada kekekalan. Karenanya jadikanlah setiap hari sebagai hari untuk bekerja, berkarya dan mengabdikan hidup sepenuhnya untuk melayani Tuhan.

"Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal," Yohanes 6:27