Jumat, 30 Oktober 2015

HANYA MEMANFAATKAN TUHAN

HANYA MEMANFAATKAN TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Oktober 2015

Baca:  1 Samuel 4:1b-22

"Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita."  1 Samuel 4:3

Tatkala Eli menjabat sebagai imam di Israel, orang-orang Israel sedang dalam situasi yang genting karena mereka mendapat serangan dari bangsa Filistin, dan dalam pertempuran tersebut mereka seringkali harus menelan pil kekalahan.  Menyadari hal itu tua-tua Israel pun mengusulkan supaya mereka membawa tabut perjanjian Tuhan dari Silo ke tengah-tengah perkemahan mereka dengan harapan bahwa dengan mengandalkan tabut perjanjian tersebut bangsa Israel dapat mengalahkan musuh.  Tetapi faktanya?  Bangsa Israel justru mengalami kekalahan yang jauh lebih besar,  "...dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki."  (ayat 10).  Bangsa Israel bukan hanya gagal memperoleh kemenangan dengan adanya tabut perjanjian tersebut, bahkan tabut perjanjian itu juga dirampas oleh musuh, ibarat peribahasa  'sudah jatuh tertimpa tangga pula.'

Mengapa hal itu terjadi?  Bukankah tabut perjanjian adalah lambang kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya?  Bangsa Israel mengira bahwa tabut perjanjian itu akan menjadi jaminan bahwa Tuhan berkenan menyatakan kebesaran dan kuasa-Nya tanpa syarat.  Apakah dengan kekalahan ini berarti Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang gagal dan tidak punya kuasa?  Sekali-kali tidak!  Kegagalan bangsa Israel sama sekali bukanlah kegagalan tabut perjanjian atau kegagalan Tuhan.  Kegagalan terjadi karena mereka telah menyalahgunakan tabut perjanjian Tuhan.  Mereka hanya memanfaatkan dan memperalat tabut perjanjian Tuhan di kala perlu saja.

Bangsa Israel menderita kekalahan karena mereka tidak hidup dalam ketaatan dan cenderung menyepelekan Tuhan.  Menurut peraturan, sebelum mengangkut tabut perjanjian Tuhan para imam harus terlebih dahulu mempersembahkan korban bakaran.  Setelah berdoa mereka baru mengangkut tabut perjanjian itu dengan hati-hati dan penuh hormat.  Namun dalam peristiwa itu tabut perjanjian tersebut malah diangkut oleh dua anak imam Eli yaitu Hofni dan Pinehas.  Tentang kehidupan anak-anak imam Eli ini Alkitab dengan jelas mencatat:  "Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,"  (1 Samuel 2:12).  (Bersambung)


HANYA MEMANFAATKAN TUHAN (2) 

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2015 

Baca: 1 Samuel 2:27-36 

 "Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah." 1 Samuel 2:30b 

Selaku imam, kelakuan Hofni dan Pinehas benar-benar kelewatan, bahkan Alkitab menyebut keduanya sebagai orang-orang dursila, berkelakuan jahat. Mereka telah menyalahgunakan jabatannya sebagai imam hanya untuk memuaskan hawa nafsu dan keinginan daging mereka. Sementara Eli (ayahnya), selaku imam besar, tetap saja bersikap lunak dan tidak mendisiplinkan anak-anaknya dengan keras, padahal ia melihat dengan mata kepala sendiri perbuatan anak-anaknya. selaku imam besar seharusnya ia berwenang memecat mereka dari jabatan sebagai imam. 

Kisah hari ini menunjukkan bahwa umat Israel sudah tidak lagi menghormati Tuhan dan menganggap remeh kekudusan-Nya. Padahal firman-Nya berkata, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Tetapi begitu menghadapi situasi genting dan terdesak mereka baru teringat kepada tabut perjanjian Tuhan; mereka mencari Tuhan dan memanfaatkan Dia hanya sebagai pemenuh kebutuhan belaka. Dengan membawa tabut perjanjian ke tengah-tengah perkemahan mereka berharap Tuhan segera turun tangan dan menolong mereka. Namun yang terjadi justru sebaliknya! Murka Tuhan datang! Akibatnya mereka mengalami kekalahan yang memalukan dan dipecundangi oleh bangsa Filistin. 

 Di zaman sekarang ini banyak orang Kristen berlaku seperti bangsa Israel. Ketika mengalami masalah berat mereka tampak giat beribadah dan berdoa, tapi begitu masalahnya beres secepat kilat pula mereka meninggalkan Tuhan, kemudian kembali hidup dalam ketidaktaatan. Ada pula yang berani 'menyogok' Tuhan dengan berbagai macam persembahan dengan harapan Tuhan memuluskan proyek bisnisnya. Ibadah dan pelayanan yang disertai motivasi tidak benar adalah jahat di mata Tuhan. Tuhan menghendaki kita beribadah dan melayani Dia dengan hati yang tulus karena mengasihi-Nya, bukan karena maksud-maksud terselubung; inilah yang akan mendatangkan berkat. Tuhan tidak bisa dipermainkan! 

 Asal kita setia dan taat kepada-Nya Ia akan hadir dengan segala otoritas-Nya!

Rabu, 28 Oktober 2015

KARUNIA ROHANI: Harus Terus Dikobarkan

KARUNIA ROHANI: Harus Terus Dikobarkan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2015

Baca: 1 Korintus 14:1-25

"Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat." 1 Korintus 14:12

Ada berbagai karunia rohani yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya. "Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." (Roma 12:6-8). Karunia-karunia ini harus dikembangkan dan dikobarkan selalu di dalam kasih, karena tanpa kasih semuanya akan menjadi sia-sia.

Dalam Perjanjian Baru kata yang dipakai untuk menunjuk kata melayani adalah diakoneo, yang berasal dari kata diakonos yang berarti pelayan, abdi, utusan. Jadi secara garis besar melayani berarti melakukan pekerjaan sebagai seorang pelayan sesuai dengan karunia yang dimilikinya sebagaimana yang dinasihatkan oleh rasul Petrus, "Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah." (1 Petrus 4:10-11). Untuk mengetahui karunia apa yang ada di dalam diri kita dan bagaimana supaya karunia tersebut dapat berkembang secara efektif tidak ada jalan lain selain kita harus melibatkan diri dalam pelayanan, bukan hanya puas menjadi jemaat yang pasif, apalagi cuma jadi seorang simpatisan di gereja. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11).

Jika ada orang percaya yang tidak mau melayani berarti ia telah meremehkan dan menyepelekan karunia rohani yang diberikan Tuhan. Karena merupakan pemberian Tuhan maka kita pun harus dengan sungguh hati dan tulus ikhlas melaksanakannya. Kesungguhan dan ketulusan kita akan menentukan efektivitas karunia rohani yang dikaruniakan Tuhan atas kita.

Mari melayani Tuhan dengan roh menyala-nyala sesuai karunia yang dimiliki!

KARUNIA ROHANI

KARUNIA ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2015

Baca: Roma 12:3-8

"Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita:" Roma 12:6

Supaya dapat menjalankan Amanat Agung dari Tuhan setiap kita perlu sekali menerima karunia-karunia Roh Kudus. Dalam bahasa Yunani karunia disebut dengan charisma yang berhubungan erat dengan kata anugerah, yaitu pemberian Tuhan dalam bentuk kemampuan yang ditujukan bagi pelayanan. Karunia rohani merupakan kekuatan adikodrati dari Tuhan yang hanya diberikan kepada orang percaya yang sudah lahir baru, sebab "...manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani." (1 Korintus 2:14).

Apakah karunia rohani itu sama dengan bakat alamiah? Karunia rohani diberikan Tuhan berdasarkan kasih karunia-Nya saat seseorang mengalami kelahiran baru (pertobatan). "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. (Kisah 2:38). Karunia-karunia rohani diberikan bukan untuk ajang pamer, unjuk kebolehan atau kebanggaan pribadi, tapi bertujuan untuk kepentingan pelayanan. Tuhan memberikan karunia-Nya yang berbeda-beda kepada tiap-tiap orang untuk saling melengkapi, bukan untuk persaingan. Karena itu kita tidak boleh merasa iri hati, tidak puas dengan yang kita punyai, membandingkan diri dengan orang lain, memaksakan diri ingin memiliki karunia seperti orang lain atau menuntut orang lain memiliki karunia sama seperti kita.

Karunia rohani tidak bisa dibeli, dituntut atau diminta sebagai upah, karena merupakan anugerah Tuhan yang diberikan seturut dengan kehendak dan rencana-Nya. "Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya." (1 Korintus 12:11). Jadi "...kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus." (Efesus 4:7).

Sementara bakat-bakat alamiah diberikan oleh Tuhan melalui orangtua atau diturunkan oleh orangtua pada saat kita dilahirkan; dan umumnya bakat-bakat alamiah tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang sifatnya duniawi. (Bersambung)

Senin, 26 Oktober 2015

Kualitas Hidup Hamba

KUALITAS HIDUP HAMBA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2015

Baca:  1 Korintus 9:15-19

"...aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang."  1 Korintus 9:19

Kata hamba yang dalam bahasa Yunani doulos memiliki arti orang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak.  Tugas utamanya adalah mengerjakan dan menyelesaikan segala pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya, dan tidak ada istilah malas atau ogah-ogahan lalu meninggalkan tugasnya di tengah jalan manakala sedang dalam situasi tidak nyaman atau sedang bermasalah sekalipun.  Jadi tugas hamba sejati adalah membaktikan hidupnya bagi kesejahteraan dan kepentingan orang lain, dengan tidak memaksakan kebenarannya sendiri atau menuntut persamaan hak, tapi menerima segala sesuatu yang diberikan kepadanya dan berterima kasih atas hal itu.  Suatu sikap penyerahan segala hak pribadi secara utuh diatur oleh tuannya.

Seringkali terjadi salah pemahaman di antara orang Kristen ketika mereka mendengar kata  'hamba'  Tuhan, di mana pikiran langsung tertuju kepada para pendeta, penginjil atau fulltimer di gereja.  Karena merasa diri sebagai jemaat awam kita pun menganggap bahwa kita bukanlah hamba Tuhan.  Namun sebagai pengikut Kristus kita ini adalah hamba-hamba Tuhan.  "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah."  (1 Korintus 4:1).

Kualitas hidup yang harus dimiliki oleh seorang hamba supaya berkenan kepada Tuhan adalah:  1.  Kesetiaan.  Arti umum setia adalah:  berpegang teguh pada janji atau pendirian, patuh dan taat di segala situasi.  "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  (Amsal 20:6), sebab  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).  Terhadap hamba yang melayani dengan setia sampai akhir Tuhan tidak pernah menutup mata, Ia menyediakan upah-Nya.  "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."  (Wahyu 2:10b).  2.  Ketekunan, berarti bersungguh-sungguh dan konsisten.  "...kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Sampai kapan kita harus setia dan tekun melayani Tuhan, yang adalah Tuan kita?  Yaitu sampai nafas kita berhenti berhembus.  Jadi tidak ada istilah pensiun atau cuti dalam melayani Tuhan.  (Bersambung)


KUALITAS HIDUP HAMBA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2015

Baca:  Lukas 12:35-48

"Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang."  Lukas 12:37a

Kualitas hidup lain yang harus dimiliki hamba adalah kerendahan hati.  Hamba melakukan tugasnya bukan untuk mempromosikan diri, mencari popularitas atau pujian.  "Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."  (Lukas 17:10).  Kristus telah memberikan teladan bagaimana Ia tidak mempertahankan reputasi-Nya, melainkan mengosongkan diri untuk melayani manusia  (baca  Filipi 2:6-8).  Tidak perlu sakit hati dan kecewa jika pelayanan kita tidak dianggap dan tidak dihargai manusia, sebab Tuhan tidak pernah melewatkan pelayanan sekecil apa pun yang kita lakukan untuk-Nya, semua diperhitungkan-Nya.

Kualitas hidup yang juga diharapkan si tuan dari hambanya adalah senantiasa menantikan kepulangan tuannya dengan siap sedia dan berjaga-jaga.  "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala."  (Lukas 12:35).  Pinggang yang berikat adalah tanda kesiapan bekerja dan melayani;  pelita yang menyala menunjukkan semangat yang tidak pernah padam meski tuannya pulang larut atau bahkan dini hari.  Yesus mengilustrasikan tuan itu pulang dari pesta perkawinan yang menurut tradisi Yahudi berlangsung pada malam hari.  Malam hari menegaskan waktu kedatangan Tuhan yang tidak diduga-duga  (di mana umumnya malam hari banyak orang tertidur pulas dan lengah), sehingga banyak hamba tidak lagi berjaga-jaga menantikan kedatangan tuannya;  hal itu membuat mereka tidak lagi bersungguh-sungguh bekerja, dan kemudian berubah menjadi hamba yang jahat.

Hari-hari ini adalah hari menjelang kedatangan Tuhan, sudahkah kita siap sedia menyongsong kedatangan-Nya?  Karena  "...Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."  (Lukas 12:40).  Cepat atau lambat Tuhan pasti segera datang!  Tetaplah setia menantikan kedatangan-Nya dan terus mengerjakan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan penuh tanggung jawab.

Tetap setia, tekun, rendah hati, siap sedia dan selalu berjaga-jaga adalah kualitas hidup hamba sejati!

Have a blessed night.. 😊😊😇😇

Jumat, 23 Oktober 2015

DUA BELAS JAM UNTUK BERKARYA

DUA BELAS JAM UNTUK BERKARYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Oktober 2015

Baca:  Yohanes 11:1-11

"Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini." Yohanes 11:9

Ketika Lazarus sedang sakit Tuhan Yesus berkehendak menengoknya dan kembali ke Yudea, akan tetapi murid-murid-Nya berusaha melarang-Nya sebab mereka kuatir orang-orang Yudea akan membunuh-Nya. Tetapi perhatikan jawaban Tuhan Yesus kepada mereka, "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini." (ayat nas). Apa maksud perkataan Tuhan Yesus ini? Tuhan hendak mengatakan bahwa selagi ada kesempatan, jangan pernah sia-siakan; dua belas jam dalam satu hari (siang hari) adalah waktu untuk bekerja dan berkarya, sebab "...akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).

Setiap orang mempunyai waktu '12 jam' dengan satu tanggung jawab masing-masing. Dua belas jam pada siang hari adalah waktu yang tepat bagi kita menyelesaikan tugas-tugas dari Tuhan, waktu bagi kita untuk turut berlomba dalam pertandingan iman. Karena itu mari kita pergunakan setiap kesempatan sebaik mungkin, dan berjuang begitu rupa, jangan sampai kita kedapatan 'tidur' secara rohani. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh," (Efesus 5:15-18).

Yesus berkata, "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." (Yohanes 11:11). Berbeda dengan orang fasik: "Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan." (2 Petrus 2:13) dan berjalan dalam gelap adalah kesukaan mereka, tetapi "...kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan." (1 Tesalonika 5:5). Selagi sehat, dan masih  'siang' marilah giat bekerja untuk Tuhan!

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." 2 Timotius 4:7

Kamis, 22 Oktober 2015

HATI YANG TERBEBAN UNTUK PELAYANAN (2)

HATI YANG TERBEBAN UNTUK PELAYANAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Oktober 2015

Baca: Matius 4:18-22 "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Matius 4:19

Orang yang menempatkan pelayanan bagi Tuhan sebagai prioritas dalam hidupnya dan melayani Dia dengan sepenuh hati adalah orang-orang pilihan Tuhan, sebab ada tertulis: "...banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Matius 22:14). Itu adalah tanda kedewasaan rohani, sebab kedewasaan rohani tidak pernah berhenti pada kepentingan diri sendiri tetapi mau belajar memikul tanggung jawab yaitu mengaplikasikan iman, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Tidak lagi hanya minta dilayani dan diberkati terus, tapi sudah melangkah untuk memberi diri untuk melayani.

Mari belajar dari rasul Paulus yang mengalami titik balik dalam hidupnya pasca perjumpaannya dengan Kristus, di mana semenjak itu fokus hidupnya tidak lagi berpusat pada kepentingan diri sendiri tapi memberi segenap hidupnya untuk melayani Tuhan dan sesama. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22a). Orang Kristen yang dewasa rohani tidak akan banyak alasan dan dalih, tetapi akan merespons panggilan ini dengan melayani Tuhan sepenuh hati. Apa pun latar belakang dan bagaimana pun kondisi kita, tidak ada alasan untuk tidak melayani Tuhan, karena Tuhan bisa memakai siapa saja yang mempunyai hati terbeban. "...umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." (Yesaya 43:21).

Melayani Tuhan bukan berarti harus sepenuhnya berkecimpung di dalam gereja atau menjadi fulltimer. Yang penting apa pun profesi dan pekerjaan kita hendaknya hati kita tertuju kepada pelayanan dan Tuhan. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan..." (Kolose 3:23). Namun jangan sampai kita tampak melayani Tuhan tapi hati kita hanya tertuju kepada bisnis. Lebih baik kita menjadi seorang pengusaha atau pebisnis yang memiliki hati melayani Tuhan daripada seorang pelayan Tuhan yang berhati bisnis, di mana segala sesuatunya berorientasi kepada uang dan pertimbangan untung-rugi. Pada saatnya "...kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. (Roma 14:12).

"Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu;" 2 Korintus 6:2b

Have a blessed day all..
God bless!! :)

Rabu, 21 Oktober 2015

TUHAN YESUS: Tabib Yang Ajaib

TUHAN YESUS: Tabib Yang Ajaib
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2015

Baca: Lukas 5:27-32

"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;" Lukas 5:31

Secara umum kata tabib memiliki arti: orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit secara tradisional, atau dapat pula disebut dokter. Sebagai orang percaya kita patut bersyukur karena kita memiliki Tuhan yang bukan hanya mengampuni dosa-dosa kita, menjamin keselamatan dan menyediakan sorga sebagai tempat yang pasti bagi kita, tetapi Ia adalah Tuhan yang juga peduli dengan keberadaan hidup kita selama hidup di dunia ini. Terbukti Dia memberikan Roh Kudus sebagai penolong dan penghibur yang menyertai kita sampai akhir zaman. Ia juga memperkenalkan diri-Nya sebagai gembala dan tabib.

Semua orang pasti tahu bahwa pekerjaan tabib adalah menyembuhkan orang yang sakit. Dengan kata lain yang membutuhkan tabib adalah orang-orang yang sedang sakit atau bermasalah. Sakit berarti keadaannya tidak normal. Sakit yang dimaksudkan disini bukan semata-mata sakit secara fisik. Mungkin secara fisik tubuh kita sehat dan kuat, tapi tanpa kita sadari kerohanian kita sedang sakit: malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah, tidak lagi bersemangat dalam melayani Tuhan, persekutuan kita dengan Tuhan sedang sakit; tubuh jasmani kita tampak sehat tapi keadaan rumah tangga kita sedang sakit, hubungan antara suami-isteri sedang sakit; keuangan keluarga sedang sakit; tubuh jasmani kita sehat tapi hati kita sedang sakit karena menyimpan kepahitan, dendam, sulit mengampuni, kebencian dan sebagainya.

Dalam kondisi 'sakit' seperti ini jangan menjadi lemah dan putus asa karena ada pribadi yang siap untuk menolong, menyembuhkan dan memulihkan kita. Datanglah kepada tabib yang ajaib yaitu Tuhan Yesus. Jangan sekali-kali mencari pertolongan kepada manusia dan berharap kepadanya, sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Dalam menghadapi persoalan, tindakan iman sangatlah penting yaitu iman dalam perbuatan. Sia-sialah kita berkata beriman kepada Tuhan jika kita sendiri tidak mau datang kepada-Nya. Tindakan imanlah yang membuka kuasa mujizat itu bekerja di saat kita memerlukannya.

Ingin disembuhkan dan dipulihkan? Datanglah kepada Tuhan Yesus dengan iman, karena Dia adalah tabib yang ajaib dan siap untuk menolong. AMIN!!

THANKYOU Dear God.. :)

HATI YANG TERBEBAN UNTUK PELAYANAN (1)

HATI YANG TERBEBAN UNTUK PELAYANAN (1) 
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Oktober 2015 
 
 Baca: Ibrani 6:9-12 "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." Ibrani 6:10 
 
Kehidupan orang Kristen yang normal adalah ketika ia menyadari panggilan Tuhan dalam hidupnya. Salah satu tujuan Tuhan memanggil kita adalah untuk melayani Dia. Jika sampai saat ini kita masih bersikap acuh tak acuh, apatis dan sama sekali tidak terbeban untuk terlibat dalam pelayanan atau mendukung pekerjaan Tuhan, itu artinya kehidupan kekristenan kita 'tidak normal'. Mengapa?Karena bagi orang percaya pelayanan seharusnya menjadi gaya hidup, bukan sekedar pilihan atau alternatif. 
 
Di masa sekarang ini ada saja alasan atau dalih yang dikemukakan oleh sebagian besar orang Kristen untuk menghindarkan diri dari pelayanan: sibuk, tidak ada waktu, atau nanti sajalah menunggu waktu yang tepat...kapan itu?? Tetapi ada yang terpaksa melibatkan diri dalam pelayanan karena didasari rasa sungkan. Atau ada pula yang melayani Tuhan kalau ada sisa waktu dari padatnya jadwal kesehariannya. Menyediakan waktu untuk pekerjaan, hobi dan aktivitas-aktivitas duniawi lainnya kita bisa, tetapi berkorban waktu dan tenaga untuk pekerjaan Tuhan serasa berat. Sebagai pengikut Kristus seharusnya kita memiliki hati yang terbeban untuk melayani, baik itu melayani sesama, terlebih-lebih melayani Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan Yesus telah memberikan teladan hidup bahwa Ia datang ke dunia adalah untuk melayani dan memberikan hidup-Nya. "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28) 
 
Pelayanan berbicara soal hati, sebab hati adalah pusat keinginan, harapan, cita-cita, ambisi, impian, dan motivasi kita. Sikap hati kita dalam melakukan sesuatu akan menentukan hasil pekerjaan yang kita kerjakan. Kita bisa saja tampak aktif dalam pelayanan, tetapi kalau hati kita tidak tertuju kepada Tuhan maka pelayanan yang kita lakukan tersebut tidak lebih dari sekedar rutinitas atau seremonial belaka, "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9). 
 
Sikap hati yang benar adalah modal dasar untuk melayani Tuhan. Selagi ada waktu dan kesempatan jangan tunda-tunda waktu melayani Tuhan!

Have a blessed day all..
God bless! :)

Selasa, 20 Oktober 2015

DITAMBAHKAN

Renungan Harian Cakrawala edisi Oktober 2015

SEBAGAI umat Kristus, kita mendapatkan janji berkat, pemeliharaan dan pertolongan dari Tuhan. Agar janji berkat pertolongan, pemeliharaan dan pembelaan Tuhan benar-benar digenapi dalam hidup ini, ada harga yang harus kita bayar, yaitu:  "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.". Kata mencari menunjuk kepada usaha yang dilakukan dengan sungguh dan secara terus-menerus sampai mendapatkan sesuatu. Artinya kita menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup ini; mengejar perkara-perkara rohani lebih daripada perkara-perkara yang ada di dunia.

Hal-hal yang bersifat kebendaan atau lahiriah pada hakekatnya tidak bertahan lama, itulah sebabnya prioritas yang paling tepat di dalam hidup orang percaya adalah hal-hal yang bernilai kekal. Tuhan dan segala hal yang bernilai kekal sudah seharusnya menjadi prioritas utama hidup kita. Rasul Paulus pun menasihati, "carilah perkara yang diatas,di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:1-2)

Melalui pertolongan Roh Kudus kita berusaha menaati perintah Tuhan. Jika kita melakukan apanyang diperintahkan Tuhan ini, tidak ada alasan bagi kita untuk merasa kuatir dan cemas akan kebutuhan kita sebab semuanya pasti akan disediakan Allah.

have a blessed night.. God bless!!:)

Jumat, 09 Oktober 2015

UNITY Is Not UNIFORMITY

Kamis, 08 Oktober 2015

Merespon Dengan Benar

Hi guys.. gimana kabarnya?

barusan saya digerakan untuk menulis jadi saya share juga sama temen-temen semua..

seringkali Tuhan ijinin kita ngerasain hal-hal yang membuat kita tidak nyaman bahkan sangat tidak nyaman.. mungkin kita dibesarkan di tengah keluarga yang broken home, atau kondisi ekonomi yang sangat minim bahkan kurang, ditekan dalam pekerjaan, dituntut ini dan itu, bahkan dikecewakan oleh orang-orang terdekat kita..

rasanya sangat sulit untuk bisa tetap bersyukur, terlebih lagi memaafkan setiap orang yang menyakiti dan mengecewakan kita, dan juga sulit untuk menerima kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan kita..

tapi Firman Tuhan bilang :

"Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati" (Matius 15:4)

"Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (Ulangan 5:16)

"Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Lukas 10:27)

"Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN" (Imamat 19:18)

"Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia" (Lukas 17:4)
"Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan" (1 Yohanes 2:10)

dan masih banyak ayat lainnya yang mirip-mirip dengan sebagian ayat yang saya ambil diatas. Saya baca ternyata hal-hal itu banyak DIULANG dan DIULANG lagi di kitab lainnya. Yang saya tangkap kalau ada pengulangan dan pengulangan itu artinya hal yang diulang itu PENTING!!

rasanya sangat tidak adil yah.. kita harus bisa mengasihi mereka yang sudah menyakiti dan mengecewakan kita.. kita harus menerima setiap perlakuan yang tidak enak kepada kita dan harus terus memaafkan mereka.. tapi yang kasih perintah itu TUHAN.. dan kalau kita bilang kita mengasihi Tuhan artinya kita harus melakukan perintah-Nya.

"Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya" (1 Yohanes 5:3)

dan bahkan Dia tidak hanya memberikan perintah, tapi Dia sendiri datang ke dunia ini dan sudah terlebih dahulu merasakan semua ketidaknyamanan di dunia ini..

lahir di kandang domba, papanya hanya tukang kayu (bukan dari golongan terhormat atau kaya raya), dikhianati muridNya sendiri, difitnah oleh orang-orang yang dikenal baik dalam melakukan ritual keagamaan saat itu, dicambuk, disiksa, diludahi, ditinggalkan oleh murid-muridNya, tidak diakui, dicemooh, dihina, bahkan sampai mati diatas kayu salib padahal Dia tidak melakukan dosa apapun. Ketidakadilan yang Dia rasakan bukan hanya secara mental, atau jiwa tapi sudah sampai tahap fisik bahkan nyawa.

Jadi saat ini jika kita merasakan hal-hal yang tidak nyaman, tidak adil dan lain sebagainya, INGATLAH Tuhan Yesus sudah merasakannya terlebih dahulu.. dan bagaimanakah seharusnya respon kita?belajarlah dari DIA.. karena Dialah TELADAN hidup kita.. minta supaya kasih yang ada di dalam Dia mengalir di dalam hati dan hidup kita senantiasa.. dan Roh Kudus yang akan menuntun dan memampukan kita untuk bisa keluar sebagai PEMENANG bahkan kita LEBIH DARI PEMENANG!!

si jahat akan terus coba kasih hal-hal yang tidak baik dalam hidupmu.. tujuannya adalah supaya respon kita salah, terus menerus salah, sampai akhirnya kita merasa putus asa dan tidak berdaya lagi.. perkataan negatif, persungutan, keluhan, makian, amarah, dendam, iri hati, kesombongan, dan lain sebagainya.. "sampah2" itu yang dia mau kita simpan di dalam hidup kita.. supaya lama-lama menjadi busuk dan kita akan mati..

So, kalau kita sudah tau respon apa yang si jahat harapkan dari kita, mulailah belajar untuk merespon dengan benar.. Justru kita HARUS MERESPON SEBALIKNYA dari yang dia harapkan.. kalau dia mau kita membenci orangtua kita, justru kita harus mendoakan orangtua kita dan ucapkan berkat atas mereka.. lakukan itu terus menerus, percayalah lama kelamaan intimidasinya akan STOP dengan sendirinya. Begitupun untuk hal lainnya.

saya tau prakteknya ga akan semudah ngomong.. saya juga masih terus belajar dan belajar.. kuncinya MAU bukan MAMPU.. minta Tuhan yang berotoritas atas seluruh aspek kehidupanmu.. karena setiap hal yang terjadi atas hidupmu, Dia bisa mengubahkannya menjadi kebaikan atasmu dan semuanya akan menjadi INDAH pada waktuNya.. waktuNya juga dipengaruhi oleh respon kita.. karena semuanya itu ada hitungannya.. jadi kalau engkau mau lebih cepat prosesnya, kuncinya SEGERALAH merespon dengan benar..

sampai PEMBALIKAN KEADAAN terjadi atas hidupmu dan keluargamu bahkan orang-orang yang ada disekitarmu, juga kotamu dan bangsamu.. DEKLARASI dengan IMAN setiap hal yang engkau inginkan terjadi atas hidupmu, keluargamu, pekerjaanmu, bisnismu, teman-temanmu, kotamu dan bangsamu.. semuanya dimulai dari RESPON YANG BENAR..

have a blessed day all..
God bless!!